Narathiwat, Thailand — Suasana hangat dan inspiratif terasa di udara Thailand Selatan saat Rada Anjelina, mahasiswi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau, tampil sebagai pembicara dalam siaran Radio 912 Narathiwat pada 16 September 2025. Dalam acara bertema “Sharing Session with Indonesia Students,” Rada berbagi pengalaman hidup, belajar, dan mengajar selama menjalani program KKN dan PLP Internasional di Rajaprajanugroh 39 School, Thailand.
Selain memperkenalkan budaya dan sistem pendidikan Indonesia, Rada juga mengangkat isu kritis yang jarang dibahas secara terbuka — perbedaan kesejahteraan dan penghargaan terhadap profesi guru antara Indonesia dan Thailand.
Menurutnya, di Thailand, profesi guru mendapat status sosial dan kesejahteraan yang lebih tinggi. Guru tidak hanya dihormati secara moral, tetapi juga mendapatkan jaminan finansial dan fasilitas kerja yang memadai. “Guru di Thailand umumnya mendapatkan gaji yang layak dan stabil, bahkan di daerah terpencil. Pemerintah menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama, bukan sekadar program seremonial,” jelas Rada dalam siarannya.
Sementara itu, di Indonesia, meskipun banyak guru yang berdedikasi tinggi, kesejahteraan mereka masih menjadi pekerjaan rumah besar pemerintah. Guru honorer masih menghadapi ketimpangan pendapatan, beban kerja yang berat, serta keterlambatan tunjangan. “Sering kali, semangat mengajar guru Indonesia tidak diimbangi dengan kesejahteraan yang sepadan. Akibatnya, motivasi dan kualitas pengajaran bisa terpengaruh,” tambahnya.
Rada menilai bahwa ketimpangan ini perlu disikapi dengan kebijakan pendidikan yang lebih manusiawi dan berkeadilan. Ia menekankan bahwa kesejahteraan guru tidak hanya berkaitan dengan gaji, tetapi juga mencakup pelatihan berkelanjutan, akses teknologi, serta lingkungan kerja yang mendukung.
Pihak Radio 912 Narathiwat mengapresiasi keberanian dan ketajaman analisis Rada dalam mengangkat isu pendidikan lintas negara. Diskusi tersebut dinilai membuka wawasan publik tentang pentingnya investasi jangka panjang pada tenaga pendidik sebagai kunci kemajuan bangsa.
Melalui siaran ini, Rada tak hanya membawa suara mahasiswa Indonesia, tetapi juga menghadirkan refleksi kritis tentang masa depan pendidikan di Asia Tenggara — bahwa kemajuan pendidikan tidak dapat tercapai tanpa menghargai kesejahteraan para pengajarnya.

