“Dari Riau ke Negeri Gajah Putih”: Mahasiswi UIN Suska Riau Tampilkan Tarian Nusantara di Panggung Internasional Thailand

Yala, Thailand — Langkah ringan para penari berpadu dengan irama musik Melayu menggema di auditorium Chalermprakiat Yala Rajabhat University, Provinsi Yala, Thailand. Di bawah sorotan lampu berwarna keemasan, bendera dari berbagai negara tampak berkibar di sisi panggung. Dari balik panggung, seorang mahasiswi asal Indragiri Hilir, Riau, Rada Anjelina, tersenyum gugup sekaligus bangga.

Pada 27–28 Agustus 2025, Rada, mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau, bersama sepuluh rekan mahasiswa Indonesia lainnya — Adel, Sahar, Fathir, Fadly, Rifqi, Amel, Dara, Meisya, Lulu, dan Yana — berpartisipasi dalam ajang Cultural Carnival International Day 2025.

Dengan mengusung tema “Budaya Lokal Menjadi Mendunia,” mereka mempersembahkan tiga tarian tradisional khas Indonesia, yakni Lancang Kuning, Pacu Jalur, dan Tor-Tor, di hadapan ratusan peserta internasional. Ketiganya bukan sekadar pertunjukan tari, tetapi juga simbol warisan budaya Sumatera, khususnya Provinsi Riau, yang kaya akan filosofi, kesantunan, dan nilai kebersamaan.

“Kami ingin menunjukkan bahwa budaya daerah tidak berhenti di panggung lokal. Ia bisa hidup dan dikagumi di mana pun, asalkan kita bangga membawanya,” ujar Rada Anjelina, usai penampilan.

Kehadiran mereka menjadi salah satu penampilan paling berkesan dalam perayaan tahunan yang diselenggarakan oleh Centre of Language and Asia Studies, Yala Rajabhat University. Tak hanya penonton lokal dan mahasiswa asing yang memberi tepuk tangan meriah, tetapi juga para tamu kehormatan dari berbagai negara ASEAN.

Salah satu momen paling menarik adalah ketika Ketua Konsulat Republik Indonesia di Songkhla, Mochammad Rizki Safary, turut naik ke panggung dan menari Tor-Tor bersama para mahasiswa. Suasana auditorium pun seketika pecah oleh semangat kebersamaan, menandai eratnya hubungan persahabatan Indonesia–Thailand melalui kebudayaan.

“Kegiatan seperti ini bukan hanya tentang menari atau musik, tapi tentang memperkenalkan jati diri bangsa. Indonesia punya kekayaan budaya luar biasa yang patut dibanggakan,” ungkap Rizki Safary seusai acara.

Penampilan mahasiswa Indonesia mendapat apresiasi tinggi dari pihak universitas dan para peserta internasional lainnya. Menurut panitia, tim Indonesia berhasil memadukan unsur gerak, kostum, dan narasi budaya dengan harmonis sehingga meninggalkan kesan mendalam bagi penonton.

Lebih dari sekadar ajang hiburan, kegiatan ini menjadi wadah diplomasi kebudayaan yang menghubungkan generasi muda lintas negara. Bagi Rada, pengalaman tersebut menjadi catatan penting dalam perjalanan akademiknya di program Pendidikan Islam Anak Usia Dini, sekaligus bukti bahwa mahasiswa pendidikan tidak hanya piawai di ruang kelas, tetapi juga mampu menjadi duta budaya yang membanggakan bangsa.

“Tarian ini saya persembahkan untuk Riau, untuk Indonesia. Semoga budaya kita terus lestari dan dikenal dunia,” ujar Rada.

Melalui penampilan mereka di International Day 2025, mahasiswa Indonesia menunjukkan bahwa semangat melestarikan budaya tidak mengenal batas geografis. Dari Yala, suara tabuhan gendang Melayu bergema — membawa pesan bahwa budaya lokal sesungguhnya memiliki jiwa yang mendunia.

About PIAUD

Check Also

Mahasiswa/i PIAUD UIN Suska Riau Ikuti KKN & PLP International Thailand dan Malaysia

Dari 90 Mahasiswa/i Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) UIN Suska Riau angkatan 2022, terpilih …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *